Inilah Ucapan Terakhir Terpidana Mati di Arab Saudi Sebelum Kepalanya Dipenggal Sang Algojo

Pengakuan seorang mantan algojo yang mengeksekusi terpidana mati di Arab Saudi, cukup mengerikan.

Dia memiliki pedang seharga Rp75 juta, untuk memutuskan kepala tahanan dari badannya.

Hanya dengan sekali ayunan, kepala tahanan terputus dan langsung meninggal.

Untuk perkerjaannya itu, dia dibayar mahal oleh Pemerintah Arab Saudi.

Sebelum eksekusi, dia menyuruh tahanan untuk mengucapakan dua kalimat Syahadat terlebih dulu.

Inilah kisah seorang mantan algojo di Arab Saudi.

Arab Saudi menerapkan hukum Islam dengan ketat.

Termasuk di antaranya rajam, cambuk, potong tangan, dan lain-lain.

Tak cuma itu, Arab Saudi juga diketahui melakukan eksekusi mati dengan cara tradisional yaitu penggal kepala.

Dilansir dari Intisari.ID via The Guardian, seorang pria bernama Muhammad Saad Al-Beshi mengaku sebagai algojo pernah membagikan kisahnya.

Sebagai seorang eksekutor negara di Arab Saudi, ia mendapatkan gaji yang layak, jam kerja yang fleksibel, dan bahkan paket tunjangan terbaik.

Kariernya diawali pada tahun 1998.

Saat itu Al-Beshi mendapatkan pekerjaan pertamanya di Jeddah.

"Penjahat itu diikat dan ditutup matanya. Dengan satu pukulan pedang aku memutuskan kepalanya," begitulah Al-Beshi menceritakan pengalaman pertamanya.

"Tentu saja aku gugup, memang ada banyak orang yang menonton tetapi sekarang demam panggung hanyalah sesuatu dari masa lalu," sambungnya.

Ia pun mengungkapkan kalau dirinya tenang di tempat kerjanya dan melakukan pekerjaan Tuhan.

"Aku tidak tahu mengapa mereka datang dan menonton, jika mereka tidak memiliki keinginan untuk itu, apa mereka pikir orang takut padanya?" kata Al-Beshi.

"Di negara ini kita memiliki masyarakat, yang mengerti hukum Tuhan," tambahnya.

"Tidak ada yang takut padaku, aku punya banyak kerabat dan banyak teman di masjid, dan aku menjalani kehidupan yang normal sama seperti orang lain," imbuhnya.

Sebelum eksekusi, ia akan mengunjungi keluarga korban dan penjahat untuk mendapatkan ampunan bagi pria yang akan dieksekusi.

"Aku selalu memiliki harapan, sampai menit terakhir dan aku berdoa pada Tuhan untuk memberikan penjahat kehidupan baru, aku selalu menjaga harapan itu tetap hidup," Jelas Al-Beshi.

Al-Beshi tak bisa mengungkapkan berapa banyak uang yang dia dapatkan untuk melakukan eksekusi ini.

Ini karena hal tersebut merupakan perjanjian rahasia dirinya dengan pemerintah.

Namun, ia menegaskan kalau bayaran ini tidaklah penting.

Karena yang terpenting bagi dia adalah pekerjaannya ini membuatnya bangga karena melakukan pekerjaan Tuhan.

"Saya sangat bangga melakukan pekerjaan Tuhan," Kata Al-Beshi.

Ia pun mengungkapkan kalau pedang kebanggaannya yang biasa digunakan untuk eksekusi bernilai sekitar 20.000 riyal atau sekitar Rp 75 juta.

"Ini hadiah dari pemerintah. Aku merawatnya dan menajamkannya sesekali serta memastikan untuk membersihkannya dari noda darah," katanya.

"Ini sangat tajam, orang-orang bahkan kagum betapa cepatnya aku dapat memisahkan kepala dari tubuh tereksekusi," tambahnya.

Bagi Al-Beshi, mereka tereksekusi menyerahkan diri mereka sebelum dibunuh meskipun mungkin mereka berharap untuk diampuni.

Saat melakukan eksekusi, satu-satunya percakapan yang terjadi adalah ia mengatakan kepada tahanan untuk mengatakan Syahadat sebelum dieksekusi.

"Hati dan pikiran mereka terangkat, dengan melafalkan Syahadat ketika mereka sampai di alun-alun.

Lalu aku membaca perintah eksekusi, dan dengan sinyal aku memotong kepala tahanan," katanya.

Tidak ada perbedaan yang mendasar antara mengeksekusi pria dan wanita.

Kecuali wanita yang mengenakan jilbab, tidak ada yang diizinkan di dekat mereka, sebelum waktu eksekusi tiba.

Saat mengeksekusi wanita, ia memiliki pilihan senjata.

"Itu tergantung senjata apa yang mereka inginkan, terkadang pedang atau senjata lainnya, namun sebagian besar menggunakan pedang."

Artikel ini telah tayang di grid.id

Halaman sebelumnya


Posting Komentar untuk "Inilah Ucapan Terakhir Terpidana Mati di Arab Saudi Sebelum Kepalanya Dipenggal Sang Algojo"